Jumat, 23 Desember 2016

BIOGRAPHY SUCCESS "The Best Players Football" Cristiano Ronaldo


Cristiano Ronaldo was born on February 5, 1985, in Funchal, Madeira, Portugal. Manchester United paid £12 million to sign him in 2003—a record fee for a player of his age. In the 2004 FA Cup final, he scored Manchester's first three goals and helped them capture the championship. In 2008, he set a franchise record for goals scored. In 2009, Real Madrid paid a record $131 million for his services.


Early Life

Born Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro on February 5, 1985, in Funchal, Madeira, Portugal, a small island off the western coast of the country, Ronaldo is the youngest of four children born to Maria Dolores dos Santos and Jose Dinis Aveiro. He was named after Ronald Reagan, one of his father's favorite actors.
Ronaldo grew up in a largely working class neighborhood in a small tin-roofed home that overlooked the ocean. His early life was shaped by hardship; his father, a gardener, often drank too much, and eventually died from kidney problems in 2005. To help keep the children fed, and maintain some financial stability, Ronaldo's mother worked as a cook and cleaning person.

Intro to Soccer

It was through his dad's work as an equipment manager at a boy's club that Ronaldo was first introduced to the game of soccer. By the time he was 10 years old, he was already recognized as a phenomenon—a kid who ate, slept and drank the game. "All he wanted to do as a boy was play football," his godfather, Fernao Sousa, recalled for British reporters, adding, "He loved the game so much he'd miss meals or escape out of his bedroom window with a ball when he was supposed to be doing his homework."
By his early teens, Ronaldo's talent and legend had grown considerably. After a stint with Nacional da liha da Madeira, he signed with Sporting Portugal in 2001. That same year, at the tender age of 16, Ronaldo turned heads with a mesmerizing performance against Manchester United, wowing even his opponents with his footwork and deft skill. He made such an impression that a number of United players asked their manager to try and sign the young player. It wasn't long before the club paid Ronaldo's team more than £12 million for his services - a record fee for a player of his age.

Success with Manchester United

Ronaldo did not disappoint the soccer world. He showed his promise early on in the 2004 FA Cup final, scoring the team's first three goals and helping them capture the championship. In 2008, a year after signing a five-year, £31 million contract, Ronaldo again justified his high salary when he put together one of the club's finest seasons in history, setting a franchise record for goals scored (42), and earning himself the FIFA World of the Year honor. In all, Ronaldo helped steer Manchester United to three premier league titles.
But Ronaldo's time in England was marred by his mother's 2007 struggle with breast cancer as well as his father's death from alcohol-related illness. The latter was especially hard for Ronaldo as the two had been close, and the young athlete had often pushed for his father to enter rehab and address his drinking. His father, however, never accepted the offer.

Real Madrid & National Victory

As lauded as Ronaldo was on the field for Manchester United, his commitment to the club came under constant question. Speculation swirled that he wanted to play elsewhere. So in 2009, when Spanish soccer club Real Madrid agreed to pay United a record $131 million for the chance to sign him, nobody was all that surprised to see Ronaldo leave United.
"I know that they are going to demand a lot of me to be successful at the club and I know that I'm going to have much more pressure than at Manchester United because I was there for many years," Ronaldo told reporters. "But it means a new challenge and is going to help me be the best footballer."
In addition to his FIFA World Player of the year award, Ronaldo has also won the coveted Ballon d'OR, the Golden Boot, and been named the UEFA Club Forward of the Year, among other honors during the course of his career.
On July 10, 2016, Ronaldo added another emotional victory to his accolades, leading Portugal to the European Championship final against France as his national team's captain. Although he was sidelined after suffering a knee injury 25 minutes into the match, Portugal went on to win the championship title 1-0, their first international trophy. Ronaldo's teammates said that he motivated them as team captain from the sidelines. "He gave us a lot of confidence and he said, 'Listen people, I'm sure we will win this Euro so stay together and fight for it,’” full-back Cedric Soares said after Portugal’s victory. 
"This is one of the happiest moments in my career,” Ronaldo commented. ”I’ve always said I wanted to win a trophy with the national team and make history. And I did it. Thank God, things went well for us."

OM "TELOLET" OM - Anak Kecil Menggemparkan Dunia

Jangan heran jika akhir-akhir ini melihat banyak anak-anak berkumpul di pinggir jalan, memegang gadget masing-masing, dan bersorak ketika bus melintas di depan mereka dan membunyikan klakson dengan suara menggema. Mereka mengajarkan bahwa bahagia itu sederhana. Hanya merekam dalam gadget mereka, bus-bus yang membunyikan klakson dengan suara-suara unik.
Anak-Anak Mengisi Waktu Liburan di Pinggir Jalan
Tengok saja yang dilakukan Dani Setyanugraha (11) dan Farel (8). Bocah asal Yogyakarta ini bersama teman-temannya mulai menggandrungi hobi baru meminta sopir bus yang melintas di Jalan Lingkar Utara Ring Road dan di dekat Stasiun Jombor, membunyikan klakson. Mereka meminta sopir membunyikan klakson dengan menuliskan ‘om telolet om’. Ini cara mereka menghibur diri dan mengisi liburan. “Lagi libur. Jadi bisa mainan cari telolet. Dari tadi siang ngerekam telolet. Ini sudah dapat banyak video,”.
Demi mendapatkan bunyi klakson unik, Farel dan rekan-rekannya sampai membuat tulisan “Om Telolet” di sebuah papan. Tulisan tersebut diangkatnya dan ditunjukkan setiap ada bus yang melintas. Bersama 8 orang temannya, Farel pun membawa tulisan tersebut ke gang dekat rumahnya yang berada di sebelah utara Jembatan Layang Jombor. Di sana dia berburu video telolet sejak siang hari. “Dapat banyak tadi mas. Ada yang teloletnya panjang banget tadi,” ujar Farel tertawa sembari menunjukkan sebuah video.
Supir Bus Menyambut keinginan “om Telolet Om”
Untuk memenuhi kebahagiaan anak-anak, sejak dua bulan lalu Joko Sentosa (37) memasang rangkaian klakson di bus jurusan Yogyakarta-Semarang yang dikendarainya. Klakson bus nya sengaja dimodifikasi agar bisa mengeluarkan suara yang unik dan lucu, sehingga bisa menghibur anak-anak. Sudah lebih dari sebulan ini dia selalu melihat banyak anak-anak berdiri di pinggir jalan dengan membawa tulisan ‘om telolet om’. Joko menyadari, permintaan mereka sederhana, hanya minta dibunyikan klakson. Karena itu dia tidak keberatan memenuhi keinginan anak-anak itu. Sekadar membunyikan klakson dia melihat keceriaan di wajah anak-anak kecil itu.
“Ya senang aja lihat anak kecil pada ketawa sambil jingkrak-jingkrak saat saya bunyikan klakson. Kalau lihat anak-anak itu jadi ingat anak saya yang di rumah. Makanya saya selalu bunyikan klakson. Anak-anak itu kelihatan bahagia banget kalau dengar suara klakson bis saya yang tolelot itu,” ungkap Joko saat ditemui di Terminal Jombor, Sleman, DIY, Rabu (21/12) sore. Suprapto (46) juga punya pandangan sama. Sopir bus jurusan Yogyakarta-Semarang ini juga senang melihat anak-anak kecil menunggunya membunyikan klakson. “Ya ndak apa-apa tho, wong mereka ndak minta duit. Cuma minta suara klakson saja. Ya, kalau lihat di jalan ada anak-anak, klakson bus pasti saya pencet,” kata Suprapto.
“Om telolet om” mengambarkan Bahagia sangat sederhana
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengakui, itu adalah cara anak-anak mencari kebahagiaan. Caranya sangat sederhana, sekadar meminta sopir bus AKAP membunyikan klakson. Suara klakson yang berbunyi telolet tersebut menjadi hal yang cukup membuat orang terhibur. “Fenomena ‘Om Telolet Om’ ini contoh bahwa bahagia itu sederhana karena itu kami ingin buat bahagia warganya,” ucap Anies saat blusukan di Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu(21/12).
“Saya sampaikan apresiasi, itu menyebar kebahagiaan. Fenomena ini telolet menurut saya menggambarkan betapa ide sederhana viral dan menyebar ke seluruh dunia karena itu pada warga Jakarta yuk kita cari yang beda, jangan yang lama,” kata Anies. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memahami anak-anak sekadar mencari hiburan dengan berdiri di pinggir jalan dan merekam bunyi klakson.
Pesan Mentri Perhubungan mengenai fenomena “om telolet om”
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memahami anak-anak sekadar mencari hiburan dengan berdiri di pinggir jalan dan merekam bunyi klakson. “Kita menghargai masyarakat memulai satu kegemaran tertentu. Tapi kegemaran itu harus di lihat secara lengkap,” kata Budi saat dihubungi, Rabu (21/12). Budi melihat cara anak-anak mencari kebahagiaan dengan meminta telolet tidak ada manfaatnya. Dia berharap orang tua tidak membiarkan anak-anak meminta telolet. “Kegiatan-kegiatan yang sebenarnya tidak memberikan manfaat bahkan membahayakan diri sendiri,” ucapnya.  Menurutnya, faktor keselamatan anak-anak yang berdiri di pinggir jalan saat bus melintas jauh lebih penting. Kebiasaan ini bisa membahayakan keselamatan mereka karena dilakukan di pinggir jalan besar.
“Apakah kegemaran itu ada manfaatnya, apakah kegemaran itu membahayakan orang. Nah kalau itu yang terjadi kita melihat bahwa ada kemungkinan itu bisa membahayakan diri sendiri atau pihak lain yang turut serta menonton,” sambung Pria asal Palembang, Sumatera Selatan ini. Karena itu Budi Karya mengimbau sopir bus untuk tidak melayani permintaan anak-anak yang meminta ‘telolet’. “Jadi kami mengimbau kepada pengguna atau sopir-sopir tidak mengikuti permintaan-permintaan itu,” katanya

MISKIN BUKAN HALANGAN UNTUK SUKSES , Awalnya Miskin, 10 Orang Ini Sukses Membangun Bisnis Dari Nol

10Sam Walton

Sam Walton adalah pendiri dari supermarket raksasa Walmart yang lahir di sebuah keluarga kurang berada. Sejak usia dini, Sam sudah bekerja untuk membantu memberi makan keluarganya. Pekerjaan yang telah Ia lakoni termasuk memerah susu sapi lalu mengantarkan susu yang sudah dimasukan dalam botol ke para pelanggan, pengantar koran, dan mencari calon pelanggan majalah. Pekerjaan ini mengasah kemampuan Sam untuk bernegosiasi yang pada akhirnya merupakan salah satu faktor kesuksesannya di kemudian hari.
Sam terus bekerja sampai dia beranjak remaja, bahkan saat di perguruan tinggi dia masih bekerja sebagai pramusaji. Akhirnya di tahun 1945, Sam membuka toko kelontong pertamanya dengan uang tabungan yang sudah Ia kumpulkan ditambah dengan pinjaman dari ayah mertuanya. Ternyata investasinya membuahkan hasil dikarenakan juga oleh bakat yang Sam punya.
Pelajaran: Asah bakat dari dini dan kerja keras. Anda takkan pernah tahu apa yang Anda lakukan sekarang dapat berguna di kemudian hari.

9Jan Koum

Jan Koum datang ke Amerika dari Ukraine saat dia baru berusia 16 tahun. Keluarganya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga mereka terpaksa hidup dari food stamps atau kupon makanan (program pemerintah) yang mereka kumpulkan dari jalanan. Saat itu Jan bekerja sebagai tukang bersih-bersih di toko swalayan.
Umur 18 tahun, Jan mulai tertarik dengan bahasa pemrograman dan berhasil diterima bekerja di Ernst & Young sebagai penguji keamanan. Setelah itu dia dipekerjakan oleh Yahoo selama sembilan tahun. Di tahun 2009, Jan membeli sebuah iPhone dan menyadari bahwa aplikasi smartphone akan booming dan jadi hal besar di kemudian hari. Maka dia dan temannya mulai membuat aplikasi WhatsApp yang akhirnya dibeli Facebook seharga Rp.252 triliun.
Pelajaran: Mempunyai keahlian itu vital. Dan harus selalu waspada akan hal-hal yang sedang atau akan berkembang.

8Michael Dell

Dari nama belakangnya Anda pasti sudah dapat menebak bahwa Michael Dell adalah pelopor dari perusahaan komputer Dell. Awalnya, Michael bekerja sebagai pencuci piring di sebuah rumah makan Chinese. Beberapa tahun setelahnya, dia menyaring data untuk menemukan pelanggan baru untuk koran Houston Post. Dari pekerjaan ini lah Michael mendapatkan modal untuk membeli tiga sistem komputer.
Pada masa itu, belum ada perusahaan yang menjual langsung sistem komputer kepada publik. Michael melihat kesempatan ini dan mulai membangun komputernya sendiri yang lalu Ia jual ke teman-temannya. sebenarnya ayah dan ibu Michael ingin anaknya belajar tentang obat-obatan, namun sejak kecil Michael memang sudah gemar dan tertarik akan bidang teknologi dan bisnis. Untung saja Michael mengikuti mimpinya karena terbukti perusahaan yang didirikan di kamar kosnya saat masih kuliah menjadi sangat sukses.
Pelajaran: Follow your passion and seize the opportunity.

7Kevin Plank

Kevin Plank adalah mantan pria bangkrut yang sering menumpang di rumah ibunya untuk makan. Kevin juga adalah objek lelucon teman-teman footballnya karena keringatnya selalu mengucur deras. Tak tahan dengan ejekan temannya, Kevin memutuskan untuk membuat baju olahraga yang dapat menyerap keringat. Dia meminjam modal dari bank untuk memulai usahanya.
Dengan kerja keras dan tekadnya, Ia berhasil mempopulerkan pakaian olahraganya yang bernama Under Armor. Kevin Plank sekarang memiliki kekayaan bersih mendekati $500 juta dolar atau Rp. 6,6 triliun.
Pelajaran: Kekuranganmu dapat menjadi kelebihanmu.

6Jacob Arabo

Jacob lahir di Uzbekistan dan pindah ke Amerika bersama keluarganya saat dia berumur 14 tahun. Keluarganya benar-benar tidak mempunyai apa-apa ketika sampai di Amerika, bahkan Jacob terpaksa keluar dari sekolah untuk bekerja menafkahi keluarganya. Di umur 16, Jacob mulai mengenal industri perhiasan dimana dia mulai mendesign dan menjual perhiasan buatannya sendiri.
Dua tahun setelahnya, dia sudah mempunyai lebih dari 10 orang karyawan. Karena ketekunan dan tekadnya, dia berhasil membuat nama untuk dirinya sendiri dan perusahaannya Jacob and Co. yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia, dengan daftar pelanggannya meliputi David Beckham sampai Jay-Z.
Pelajaran: Tekun dan punya determinasi.

5John Paul DeJoria

Di masa mudanya, John bekerja sebagai pengantar koran, petugas kebersihan dan sopir truk demi bisa makan. Di masa remajanya John juga terlibat dengan geng-geng jalanan Los Angeles. Bahkan John terpaksa harus tidur di mobilnya dan sempat dua kali menjadi tunawisma. Namun semua itu berubah ketika pada suatu hari saat dia sedang bekerja di perusahaan perawatan rambut, dia memutuskan untuk bermitra dengan salah satu penata rambut di perusahaan tersebut untuk membuat perusahaannya sendiri yang sekarang bernama Paul Mitchell.
Mereka berdua meminjam uang sebesar Rp.30 juta (setelah inflasi) dan mulai menjual produk shampoonya sendiri dari rumah ke rumah. Sekarang Paul Mitchell mendapatkan pendapat sebesar Rp. 13 triliun per tahunnya.
Pelajaran: Kadang perlu untuk bermitra dengan orang yang mempunyai visi yang sama. Percaya dengan produk Anda sendiri dan jangan takut untuk ditolak.

4Steve Jobs

Sosok di balik semua gadgets kesayangan Anda sekarang, kesuksesan Steve tidak datang dalam semalam. Bahkan masa lalunya cukup menyedihkan. Steve lahir tanpa orang tua, lalu dia diadopsi oleh sebuah keluarga yang kurang mampu. Steve tidak pernah menamatkan kuliahnya, namun sebisa mungkin Ia meraih pengetahuan sebanyak-banyaknya dari kelas yang Ia ikuti. Steve juga sering tidur di lantai kamar temannya, mengumpulkan botol Coca-Cola untuk ditukar dengan uang, dan makan gratis seminggu sekali di kuil lokal.
Pada tahun 1976, Steve memulai awal perusahaan Apple Computers dengan Steve Wolzniak di garasi orang tuanya. Meski tidak mempunyai uang, Steve punya visi dan ide inovatif untuk mengubah dunia. Steve adalah alasan utama perusahaan Apple begitu sukses saat ini.
Pelajaran: Visi dan Inovasi itu penting.

3Ashish Thakkar

Ashish Thakkar baru berusia 12 tahun ketika dia dan keluarganya berhasil melarikan diri dari genosida Rwanda yang terjadi di tahun 1994. Setelah berlindung bersama dengan 1200 orang lainnya di sebuah hotel, mereka akhirnya dapat terbang keluar dari negaranya menuju Uganda. Orang tua Ashish kehilangan semua harta yang mereka tabung selama puluhan tahun.
Di umur 15 tahun, Ashish mendapatkan keuntungan pertamanya saat dia berhasil menjual sebuah komputer ke keluarga temannya. Dia lalu meminjam uang dari bank untuk mengimpor floppy disks dan produk komputer lainnya dari Dubai. Inilah awal dari perusahaan Mara Group. Lama kelamaan Ia membuka kantor sendiri di Dubai dan menjual produknya ke perusahaan-perusahaan di seluruh Afrika. Sejak saat itu Mara Group terus bertumbuh dan sekarang bisnisnya merangkup instrastruktur telekomunikasi, kemasan, hotel, pusat konferensi dan pusat perbelanjaan, pabrik kertas, dan ribuan hektar tanah pertanian.
Ashish juga dikenal sebagai pemuda yang selalu ingin tahu dan belajar dari orang lain. Ia juga mendorong dirinya untuk berkembang dengan terus membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Sebagai contoh: Saat perusahaannya mampu menghasilkan 30 ton kardus sebulan, Ashish mengunjungi perusahaan lain yang mampu membuat 3000 ton kardus.
Pelajaran: Jangan sombong, terus belajar dari yang lain dan banyak bertanya.

2Francois Pinault

Pinault sekarang adalah konglomerat di bidang fashion, tetapi pada satu waktu, Ia harus berhenti sekolah karena tidak tahan dibully oleh teman-temannya yang mengejek kemiskinannya.
Sebagai seorang pengusaha, Pinault dikenal untuk nya taktik ‘predator’nya, yang meliputi membeli perusahaan-perusahaan kecil dengan harga yang murah ketika pasarnya sedang jatuh. Dia secara perlahan akhirnya memiliki rumah mode high-end nya sendiri termasuk Gucci, Stella McCartney, Alexander McQueen, dan Yves Saint Laurent.
Pelajaran: Dia yang tertawa belakangan biasanya lebih sukses.

1Rajkumar Gupta

Rajkumar Gupta adalah pendiri dari Mukti Group. Dia juga adalah perintis dan pembuat konsep untuk arsitektur modern Kolkata, alhasil meluncurkan apartemen huni pertamanya pada tahun 1984. Sejak saat itu Mukti Group tumbuh menjadi pemain kunci di Bengal, mempunyai banyak pusat hiburan dengan multipleks, hotel internasional, lounge, restoran dan banyak lagi.
Terlahir di keluarga miskin, Rajkumar berhasil mendapatkan pekerjaan full-time di perusahaan kecil dengan gaji Rp.150.000,-/bulan. Ia lalu pindah ke perusahaan lain dan bekerja disana selama 5-6 tahun, mulai dari dasar dan belajar trik dagang sampai akhirnya Rajkumar sanggup membuka bisnisnya sendiri.
Setelah itu, Rajkumar menyewa sebuah rumah kecil satu kamar dimana Ia dan keluarganya bisa tidur meski harus bersesak-sesakan. Namun hal ini tidak menghentikan dia untuk berbuat baik demi orang lain. Ia rajin menyumbang dan terlibat dalam kegiatan sosial. Karena ini namanya menjadi dikenal banyak orang sehingga mereka tahu bahwa Rajkumar adalah orang yang jujur. Dan ketika mereka mendengar bahwa Rajkumar sedang pitching bisnis, mereka tidak ragu-ragu untuk menanamkan investasi padanya.
Pelajaran: Manfaatkan waktu di pekerjaan Anda sekarang untuk belajar. Jangan takut untuk hidup susah pada awalnya, dan jangan segan untuk memberi apa yang Anda punya jika itu dapat membantu orang lain.